Rabu, 16 Maret 2011

Cerita

,
Misteri Rumah Kosong


        Namaku Arini, ini adalah hari pertamaku berada di kampung halamanku. Setelah beberapa tahun aku menimba ilmudi luar kota. Beerapa tahun meninggalkan kampungku ini, ternyata banyak yang berubah banyak yang telah berubah, dahulu banyak persawahan di kampungku, tapi sekarang tinggal beberapa yang masih ada, namun ada satu rumah ang paling besar, bahkan menurutkurumah itu seperti istana. Namun letak rumah itu terpisah dan kondisinya tidak terawat. Aku tidak tahu rumah siapa itu. Akupun bertanya kepada Doni, teman yang baru aku kenal setibanya di kampung ini. Walaupun aku tidak tahu tentang Doni lebih jauh, tapi menurutku dia sangat baik dan ramah kepadaku.
          Donipun menceritakan tentang rumah itu kepadaku.
”Menurut cerita dari orang-orang desa, rumah itu dahulunya adalah rumah orang paling kaya di kampung ini, pemiliknya bernama Pak Hasan, jelas Doni”

”Pak Hasan tinggal bersama istri dan anak lelaki satu-satunya yaitu Soni, ujar Doni”
Tapi aku heran kenapa rumah itu menjadi kosong tak berpenghuni dan kondisinya tak terawat lagi.
”Beberapa bulan yang lalu terjadi pembantaian di rumah itu, yang menyebabkan selurun anggota keluarga tersebutmeninggal dunia, Jelas Doni”
Menurut Doni, pelaku pembantaian itu tidak diketahui, rumah itupun akhirnya kosong tidak berpenghuni dan tak terawat. Akupun masih heran, kenapa tidak ada keluaraganya yang menempati rumah itu.
”Setiap orang yang memasuki rumah itu, maka orang tersebut, akan ditemukan telah meninggal, ujar Doni”
Donipun berkata bahwa tidak ada yang tahu tentang siapa yang melakukan itu. Orang-orang Desa menganggap itu, mungkin perbuatan hantu saang pemilik rumah itu.
          Walauapun kejadian pembunuhan itu berulang kali terjadi, tapi masih banyak orang yang ingin memasuki rumah tersebut. Karena menurut kabar, di dalam rumah tersebut masih tersimpan harta sang pemilik rumah tersebut. Namun kejadian itu terus berulang. Orang-orang yang masuk rumah itu, keesokan harinya ditemukan meninggal. Mendengar cerita dari Doni, aku jadi penasaran dan ingin tahu mengenai rumah itu dan misteri yang tersimpan di dalamnya. Akhirnya kuputuskan untuk mengajak Doni agar menemaniku mencari informasi lebih mengenai rumah itu.
          Hari ke-3 aku di kampungku ini, aku berniat mengajak Doni untuk menanyakan informasi kepada warga sekitar mengenai rumah itu. Namun karena aku masih lelah dan ingin bekumpul dengan keluargaku, maka Donilah yang mencari info mengenai rumah itu. Keesokan harinya, Doni mengatakan kepadaku bahwa sebenarnya dari semua orang yang memasukirumah itu tidak semuanya meninggal, ternyata ada satu orang yang masih hidup, tapi dia stress dan dirawat di RSJ. Menurut kabar, sebenarnya Pak Hasan bukan hanya memiliki satu orang anak, tapi masih ada satu anak lagi, dia adalah anak dari istri pertamanya. Namun , selama ini tidak ada yang tahu keberadaan mereka.
          Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke RSJ bersama Doniuntuk menemui orang yang masih hidup setelah keluar dari rumah kosong itu. Orang itu ternyata bernama Pak Toni, kamipun masuk ke kamarya. Namun begitu melihat kami berdua, beliau langsung teriak-teriak ketakutan. Lalu kami putuskan untuk pulang saja, dengan tangan kosong tanpa mendapat informasi. Keesokan harinya aku jalan-jalan sendiri untuk berkeliling kampung, ditengah perjalanan aku bertemu dengan segerombol petani yang akan berangkat ke sawah, akupun bertanya kepada para petani tersebut mengenai keberadaan anak Pak Hasan yang satunya. Namun dari beberapa orang yang aku tanya tidak ada yang tahu hal itu, bahkan mereka tidak tahu bahwa Pak hasan masih memiliki satu anak lagi.
          Selang beberapa hari, Doni mengabarkan kepadaku bahwa Pak Toni, orang yanh dirawat di RSJ itu ternyata telah meninggal karena dibunuh. Mendengar itu, ras apenasarankupun semakin bertambah, apakah kejadian ini semua masih ada hubungannya dengan rumah kosong itu. Malam hari, aku putuskan untuk memasuki rumah kosong itu bersama Doni, ternyata Doni tidak mau alasannya karena takut dengan rumah itu. Akupun sendirian memasuki rumah itu, dengan perasaan takut aku beranikan diri untuk memasuki rumah itu. Ruangan demi ruangan aku lalui, di kegelapan rumah tersebut aku melihat sesosok bayangan berada di sudut rumah itu. Dengan rasa takut aku dekati bayangan itu, lebih dekat aku lihat, bayangan itu justru terlihat seperti seseorang dan bukanlah hantu seperti yang dikatakan banyak orang. Orang itu mengenakan topeng dan jubah hitam, dengan pisau di tangannya. Tiba-tiba orang tersebut berbalik arah dan langsung menatapku, akupun lari sekuat tenaga untuk menghindar. Namun aku kalah cepat dengan orang itu. Akupun tertangkap oleh orang itu, aku berusaha melawan, dengan teriakan minta tolonh keluar dari mulutku. Beruntunglah aku, karena teriakanku terdengan oleh orang-ornag sekitar. Tiba-tiba ada bapak-bapak yang memasuki rumah dan menolongku. Mereka memukul orang bertopeng itu, orang tersebutpun jatuh tersungkur ke lanati.
          Seketika itupun topengnya lepas dan aku kaget ternyata orang bertopeng itu adalah Doni, temanku. Aku tidak tahu apa ang sebenarnya terjadi, aku hanya terdiam sejenak.
”Maafkan aku Arini, seru Doni”
”Akulah orang yang dimaksud hantu itu, dan akulah dan akulah orang yang telah membunuh semua orang, jelas Doni”
Tapi kenapa Doni lakukan ini semua, aku masih tak percaya.
”Kamu tahu, aku adalah anak dari Pak Hasan yang telah ditelantarkannya, aku dendam karena ibuku diperlakukantidak adil, jelas Doni”
Mengapa semua ini terjadi, padahal Doni anak yang baik dan ramah.
”Dan yang membunuh Pak Toni di RSJ itu adalah aku, dia berteriak ketakutan saat melihatku karena dia tahu siapa sebenarnya aku, ujar Doni”
Pantas saja Pak Toni ketakutan saat melihat Doni waktu itu. Tapi aku heran kenapa Doni membunuh semua orang yang masuk ke rumah itu.
”Aku mencari hartaku, harta yang seharusnya dimiliki juga olehku dan ibuku, karena itu aku membunuh semua orang yang memasuki ini, seru Doni”
Setelah mendengar semua ini, aku sekarang tahu kenapa Doni melakukan ini semua. Harta dan ketidakadilan Pak Hasan yang membuat dia melakukan ini, tapi tak seharusnya dia berbuat sejauh ini. Begitulah manusia, semua bisa dilakukan dalam hitungan detik demi mendapatkan semua keiinginannya.


1 komentar:

  • 9 Januari 2012 pukul 23.05
    Unknown says:

    iiiiihhhh seereeeem

Posting Komentar